Kamis, Desember 15, 2011

Pertumbuhan dan Perkembangan Sastra Indonesia I


A.    Berbicara mengenai pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia berarti berbicara mengenai awal mulanya sastra Indonesia sampai perkembangannya yang terakhir. Dari beberapa periode yang telah disebutkan sebelumnya maka dalam kajian ini kita akan mengurai satu persatu.
1.      Periode Balai Pustaka (angkatan 20 an)
Pada tahun 1908, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah badan penerbit yaitu Commissie Voor de Volkslectuur atau yang kita kenal sekarang dengan nama Balai Pustaka. Pembentukan badan penerbitan ini merupakan politik Etis yang dijalankan Belanda. Pembentukan ini bertujuan untuk menarik simpatik masyarakat Indonesia dan mendirikan sekolah-sekolah untuk bumi putra. Namun pada kenyataannya perkiraan atau dugaan pemerintah Belanda meleset. Akibatnya banyak pemuda Indonesia yang duduk di bangku sekolah berangsur-angsur mendapat pengaruh tentang pemikiran sosialisme, komunisme, demokrasi dll.

Disamping itu, kemampuan membaca dan menulis semakin luas dikalangan masyarakat. Melihat kondisi ini, pemerintah Belanda mengganggap hal ini sangat berbahaya karena banyaknya buku-buku yang beredar dan mungkin menghasut masyarakat untuk melawan pemerintah Belanda. Hingga pada akhirnya pemerintah Belanda memilih karangan-karangan yang dianggap baik oleh mereka untuk dipergunakan di sekolah-sekolah dan dijadikan bacaan rakyat. Akhirnya pada tahun 1917 badan penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka. Adapun pengarang angkatan ini diantaranya:
a.       Muhammad Yamin (lahir di Sawahlunto, 23 Agustus 1903, wafat di Jakarta 26 oktober 1962). Karya-karyanya berupa drama yang berlatar belakang sejarah antaranya Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Kalau Dewi Tara sudah berkata,…..(1932). Selain itu ia pun menulis roman tentang Gajah Mada (1946), Pangeran Diponegora (1950),
b.      Roestam Effendi, menulis dua buku yang berjudul Bebasari (1924) dan Percikan Permenungan (1926). Bebasari ini merupakan drama bersajak, isinya menceritakan tentang seorang pemuda yang berjuang untuk membebeskan kekasihnya dari cengkraman raksasa. Sedangkan Percikan Permenungan merupakan sebuah kumpulan sajak. Sajak-sajak yang dimuat dalam kumpulan ini merupakan percobaan-percobaan berani yang dilakukan Roestam Effendi dalam menulis puisi Indonesia yang sedapat mungkin lepas dari tradisi sastra Melayu. Adapu salah satu sajak Roestam Effendi yang berjudul Mengeluh 

"Mengeluh"

                           Bukanlah beta berpijak bunga
                           Melalui hidup menuju makam
     Setiap saat di simbur sukar
                           Bermandi darah, bercucurkan dendam

                           Menangis mata melihat mahluk
                           Berharta bukan, berhakpun bukan
                           Inilah nasib negri ‘nanda’
                           Memerah madu menguruskan badan
                                                                                                    
     Ba’ mana beta bersuka cita
                Ratapan ra’yat riuh gaduh
                            Membobos masuk menyapu kalbu
                Ba’ mana boleh berkata beta
                           Suara sebat, sedanan rusuh
                           Menghimpit madah, gubahan cintaku
                                         
                       II
                            Bilakah bumi bertabur bunga
                            Disebarkan tangan yang tiada terikat
                            Dipetik jari yang lemah lembut
                            Ditanai sayap kemerdekaan ra’yat?

                            Bilakah lawang bersinar bebas
                            Ditinggalkan dera yang tiada terkata?
                            Bilakah susah yang kita benam
                            Dihembus angin kemerdekaan kita?

                            Di sanalah baru bermohon beta
                            Supaya badanku berkubur bunga
                            Bunga bingkisan, suara sya’irku
                            Di situlah baru bersuka beta
                            Pabila badanku bercerai nyawa
                            Sebab menjemput manikam bangsaku.
Lanjut ke halaman berikutnya,..........!

0 comments:

Posting Komentar