Tak seberapa lama sebelum siang terganti,
Gema tangis pertamamu mengundang senja sore ini.
Gema tangis pertamamu mengundang senja sore ini.
Seperti kakakmu dua setengah tahun silam,
ayah memanggilmu dengan doa mesti tak khusu karna degub jantung lebih keras dari tabuhan genderang berpalu.
Menjelang senja sore ini, gelisah kami tak henti berpacu
Ayah, ibu, kakek dan nenekmu tahu engkau mengikuti jalan dari jejak kakakmu.
Ayah, ibu, kakek dan nenekmu tahu engkau mengikuti jalan dari jejak kakakmu.
Disini, Kursi2 penunggu tampak bisu tak menawarkan ketenangan sedikitpun.
Bau obat, seragam2 putih, cairan2 infus cukup memenjarakan jiwa kami.
Bau obat, seragam2 putih, cairan2 infus cukup memenjarakan jiwa kami.
"Selamatkan,...Selamatkan,..selamatkanlah Tuhan".
Bibir bergetar dan wajah pasi serta linangan air mata
kami sadar engkaulah yang hak.
Jelang senja, setelah ibumu dihadang maut Tuhan menjawab segalanya.
Entah kalimat apa untuk mengucap syukur ini....
Entah kalimat apa untuk mengucap syukur ini....
Setelah itu
Dipeluk Ayah engkau dalam menatap
Walau pandangmu kabur dan wajah ayah samar di matamu.
Dengarlah sejenak nak,
Kumandang azan,iqamat dan syikir
kalimat pertama kuperdengarkan semoga membekas dihatimu.
Lalu menangislah atau adukan segalanya.
Nak,...ayah faham
Mengapa engkau memilih jalan di belahan perut ibumu
Ini bukan salahmu,.Tapi rahasia serta kuasa tuhan .....
Menangislah,
Karna itulah bahasa yang kau faham selain kalimat ilahi
Menangislah,..
Menangislah,..
Tumpahkan air matamu di dekapku
Agar sedini mungkin kau kenal keringat dan duka kehidupan ayah.
Menangislah,....
Agar sedini mungkin kau kenal keringat dan duka kehidupan ayah.
Menangislah,....
supaya semua tahu,bahwa telah terlahir di negeri penyamun seorang jelita yang akan menikam kabatilan.
Nak Tuntaskanlah tangismu
Lalu lelap dan rangkai semua mimpi
Karena kehidupan tak selamanya seindah senja sore ini.
Lalu lelap dan rangkai semua mimpi
Karena kehidupan tak selamanya seindah senja sore ini.
Makassar, 08 Desember 2016