dari waktu yang dinantikan datangnya
memang tak ada pilihan
selain menetapkan langkah dan menumpahkan tuntutan
meski resiko memungkinkan segala keadaan
di sanalah mereka memenuhi jalan
menembus kebisingan kota dan mengibarkan panji kebesaran
mereka tinggalkan bangku kuliah, ruang diskusi
tempat mereka merumuskan keadaan
siang itu matahari baru melintasi ujung menara
angin bertiup menembus asap mesiu
suara mendesing memecah suasana,....
sekali lagi pelor bersarang di paha, dada dan kepala mereka
sebagai imbalan pajak yang dibayar untuk negara
Langit kembali berduka
melihat bumi tercemar darah
dan hujan mulai mendesah
ketika karangan bunga mengantar keranda
bertanda satu diantara mereka telah tiada
arakan kembali surut tapi bukan berakhir
karena berhenti sama menjual harga diri
Mardianto
Maros, 9 Februari 2013
0 comments:
Posting Komentar