Dalam belenggu jiwa
sukma-sukma tersesat dalam pencariannya
sebelum mati dalam pasungan
ketika tenggorokan mereka kering
dan jerit tangis menjadi warna yang diseret-seret angin
bangsa ini hanya bertameng kemerdekaan
hingga kebebasan begitu mahal
dan penindasan menjadi lumrah dan bernanah
tanah ini mungkin saja tahu
jika kita adalah mayat yang berbaring,
bermain
menari dalam bayang-bayang semu
demi fajar dan senja nanti
datanglah masa, datanglah rasa
Mardianto
Cendrana, Maret 2009
0 comments:
Posting Komentar