Dari kedua syair di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bugis-Makassar adalah kaum yang pantang menyerah menghadapi tantangan bagaimanapun wujudnya,karena menyerah dalam menghadapi tantangan dinilai sebagai Siri.
Selain tegar menghadapi tantangan, orang Bugis-Makassar juga tidak mengenal kompromi. Hal ini dapat dilihat pada kata yang berbunyi: Bawakuji akkaraeng badikku tena na akkaraeng.
(Hanya mulutku yang mengatakan tuan danlam memberi penghormatan,tetapi badikku tidak memandang bulu).
Kemudaian jika Siri dipandang dari segi islam maka, hadis sahih yang diriwayatkan oleh Abu Daud,at-Tarmidzi dan Ibnu Majah, dalam buku yang berjudul “Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis Makassar Siri Na Pacce (73) mengatakan bahwa
“ Barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya, maka iapun mati sahid, dan barang siapa yang terbunuh karna mempertahankan darahnya maka iapun mati sahid,dan barang siapa yang terbuinuh karena mempertahankan agamanya, maka iapun mati sahid, dan barang siapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka iapun mati sahid”.
Teranglah dalam hadis ini bahwa agama mengakui Siri. Tetapi, lebih jelas lagi bahwa agama mengakui dan memberikan tuntunan yang positif terhadap Siri,sehingga karena niatnya yang ikhlas kematian seseorang tidak sia-sia.
Erington menambahkan bahwa “Siri jelas ada hubungannya dengan susunan masyarakat yang makin meningkat,makin bangsawan seseorang maka makin banyak sirinya yang harus dijaga.dan mereka bersatu siri,tolong menolong bukan hanya dalam suka tetapi juga dalam duka”.
Di sisi lain dapat ditarik kesimpulan bahwa, Siri tidaklah identik dengan pembunuhan dan kekerasan atau dasar luapan emosional dan luapan rasa dendam yang tak terkendali. Tetapi ia lebih banyak bertahan pada harga diri yang merupakan sub kultur budaya Bugis Makassar.
Selanjutnya mengenai Pacce (Makassar),dan Pesse (Bugis) yang merupakan salah satu cirri orang Bugis Makassar.
Suku Bugis Makassar, selain menjunjungn tinggi segala sesuatu yang bersangkutan dengan Siri,mereka memegang teguh prinsif Pacce.
PACCE = PESSE Pedis atau perih. Pacce jika dikaji lebih luas merupakan perasaan yang terbit dari kalbu yang dapat menuju pada sebuah tindakan.
“punna tena sirina pa’niaki paccenu”(jika kau tak punya harga diri tunjukkan bahwa kau masih memiliki rasa setia kawan)
“Rekkuade Sirita engka messa Pesseta”(jika tidak ada siri niscaya masih ada pessenya).
Ini dapat menjadi pegangan dan landasan bagi suku Bugis Makassar sebagai warga atau suku yang memiliki loyalitas yang mendalam, begitupun sikap balas budi.
Dari semboyan diatas nyatalah bahwa Siri Na Pacce adalah dua bahagian yang tidak dapat dipisahkan dalam budaya Bugis Makassar.
“Sipakkasiriki Nasipappaccei”(saling menjaga harga diri).
Sehingga jika seseorang meninggal karena mempertahankan Sirinya,dia disebut sebagai mate rigollai atau mate risantangi(Mati berlumur santan atau mati secara terhormat atau mulia).
Anggasseng tonja la’ba boyo
Pacce tana ebba lading
Tena garringku
Namalantang Pa’risikku.
Artinya
Daku nikmati tawarnya labu
Pedis tak tergores pisau
Ku tak menderita penyakit Namun betapa pedih terasa menusuk jauh di lubuk hati.
Dari syair diatas tampak bahwa kepedihan yang tiada tara, karena martabat dan harga diri yang tersinggung.inilah hakikat dasar apa yang disebut Pacce sebagai lanjutan dari siri.
(Lanjut ke halaman III)
Home » Siri' Na Pacce » Konsep Siri' Na Pacce Bugis Makassar II
Senin, Februari 13, 2012
Konsep Siri' Na Pacce Bugis Makassar II
Posted by mardianto on 00.03
0 comments:
Posting Komentar