Selasa, Maret 13, 2012

I Mannyambungi, Si Lidah Hitam

Sebuah puncak bukit di Napo, diperintah seorang raja yang bernama raja Balangnipa.Raja ini tidak mau melepaskan tahta kerajaannya meskipun ia telah tua bahkan kepada anaknya sendiri. Tiap kali permaisuri hamil, ia selalu cemas jangan-jangan yang dikandungnya adalah bayi laki-laki. Jika benar bayi laki-laki maka sang raja akan membunuhnya. sehingga sang raja hanya memiliki anak perempuan.
     Karena keserakahannya akan kekuasaan, sang raja selalu memelihara kesehatannya dengan cara latihan perang dan minum jamu dari tabib terkenal.Suatu ketika, sang permaisuri mengandung. Ia merasa cemas jika anak yang dikandungnya adalah bayi laki-laki, sehingga ia selalu berharap bahwa bayi yang dikandungnya adalah perempuan. Menjelang kelahiran anak yang dikandung sang putri, raja Balangnipa kebetulan akan kerburu kedaerah Mosso. Rajapun berpesan kepada Puang mosso bahwa jika sang raja belum kembali berburu dan permaisuri melahirkan bayi laki-laki maka bunuhlah.
Selain mempercayakan tugas tersebut kepada Puang Mosso, raja juga menugaskan seekor anjing terlatih untuk menjaga dan mengabarkan kepadanya jika sang permaisuri melahirkan. Ketika sang permaisuri melahirkan, Puang mosso merasa kasihan membunuh bayi laki-laki tersebut. untuk menyelamatkan sang bayi, Puang Mosso menyembelih seekor kambing lalu dikuburnya seperti kuburan manusia. Anjing yang ditugaskan sang rajapun menjilat sarung yang dipakai sang permaisuri melahirkan hingga meninggalkan darah pada moncongnya lalu menemui sang raja. Melihat darah pada moncong anjing tersebut sang raja mengerti bahwa permaisurinya telah melahirkan. Setelah kembali dari perburuannya, sang raja menemui Puang Mosso dan menanyakan apakah ia telah melaksanakan tugasnya. Sang rajapun diantar oleh Puang Mosso untuk melihat kuburan yang ia buat.
     Hari berganti bulan, bulan berganti tahun akhirnya anak yang dilahirkan tersebut kini beranjak remaja. Namun sebuah keanehan yang terdapat pada lidah anak tersebut. Lidah itu hitam dan berbulu. Karena takut diketahui raja, Puang Mosso menitipkan anak tersebut kepada seseorang yang akan berlayar kepulau Salemo. Setelah beberapa lama di pulau Salemo, anak tersebut memiliki kegemaran memanjat pohon. Suatu ketika pada saat ia memanjat pohon, tiba-tiba seekor burung Rajawali raksasa mencengkram pundaknya dan membawanya terbang jauh hingga ke daerah Gowa. Burung Rajawali raksasa tersebut menjatuhkan anak itu disebuah sawah yang kebetulan terlihat oleh petani yang sedang menggarap sawahnya.
     Melihat kejadian tersebut, sang petani melaporkan kejadian tersebut kepada raja Gowa. Raja Gowa pun mengutus orang untuk menjemput anak tersebut dan dipeliharanya dengan penuh kasih sayang. anak itu bernama Si Lidah Hitam I Mannyambungi. Setelah beberapa lama kemudian, anak tersebut menjadi pemuda yang gagah berani juga memiliki kesaktian yang luar biasa. Iapun kini diangkat oleh raja Gowa sebagai panglima perang. Tiap ia memimpin pasukan dalam pertempuran, ia selalu membawa kemenangan hingga ia diangkat sebagai orang kepercayaan raja Gowa. Kesaktian I Mannyambungi kini tersebar kesegala penjuru. Berita itupun sampai kekerajaan di puncak bukit Napo. Sementara di puncak bukit Napo, terjadi pertempuran yang sengit, Raja Balangnipa yang kebetulan ayah I mannyambungi terbunuh oleh raja Lego yang sakti iapun memerintah dengan sesuka hatinya, memeras rakyat, dan tidak segan-segan membunuh masyarakat yang dibencinya. Begitupun ketika ia hendak menikah, tak peduli gadis atau sudah bersuami, rela atau tidak rela harus ia peroleh.
     Melihat kejadian tersebut, para raja bawahan merasa cemas dan mengadakan pertemuan untuk mengatasi mesalah tersebut. Berita tentang kesaktian I Mannyambungi kini sampai ditelinga mereka hingga diutuslah salah seorang diantara mereka untuk menemui I mannyambungi. Namun I mannyambungi berpesan kepada utusan tersebut bahwa ia bersedia membantu jika yang menjemputnya adalah Puang Mosso. Utusan itupun kembali dan menyampaikan pesan I mannyambungi. Puang Mossopun merasa heran, mengapa mesti ia yang menjemput I mannyambungi. iapun kini berangkat untuk menemui I mannyambungi. Stelah ia sampai di hadapan I mannyambungi dada puang Mosso berdebar kencang. I mannyambungi berkata, "saya bersedia membantu karena mengingat budi baikmu kepadaku, kaulah yang menyelamatkan dan memeliharaku ketika aku masih kecil". Puang Mossopun kini heran dan memperhatikan I Mannyambungi lalu berkata, "Maaf tuan, bisakah tuan menjulurkan lidah tuan" I Mannyambungipun menjulurkan lidahnya yang hitam dan berbulu. Puang Mossopun memeluk I Mannyambungi, ia kini yakin bahwa I Mannyambungi adalah anak raja Balangnipa yang dulu ia selamatkan.
     Merekapun lalu menyiapkan perlengkapan perang dan berlayar. setelah sampai, peralatan perang itu diturunkan lalu membawanya ke bukit Napo. Masyarakat yang benci terhadap raja Lego senang ketika I Mannyambungi mengajak mereka untuk melawan raja lego. Pada saat yang tepat merekapun menyerang raja Lego. Khusus raja Lego dihadapi langsung Oleh I Mannyambungi. Dalam pertempuran yang sengit itu, raja Lego tewas di ujung badik I Mannyambungi. Rakyat kini bersuka cita karena raja kejam itu telah tewas. I Mannyambungipun kini di angkat menjadi raja di kerajaan Balangnipa, ia memerintah dengan bijaksana sehingga negeri tersebut menjadi aman, tentram, makmur dan sentosa.

0 comments:

Posting Komentar