Senin, November 14, 2011

SUARA DARI ATAS


( Masyarakat Masuk ditengah panngung dengan perasaan hampa lalu berkata,,,,)

Alamku yang selau merindukanmu, hijaunya cemara melahirkan senyum pada pucuk diantara embun yang setia mengawali pagi yang cerah.
Burung kenari tak malu bertengger pada dahan  kebisuan.
Bunga kembang sepatu samping rumah,  tak pernah menutup kelopak bagi kupu-kupu yang singgah lepaskan dahaga.
Namun aku sangsi pada mentari, karena hari berganti hari, cerawatpun semakin jauh lalu ciptakan mendung kelabu
Sedang semakin tinggi, langit semakin cerah.

Langkahpun semakin berat menapaki bumi tempat berpijak.
Sedang pertiwi terpenjara dan menjerit menahan luka yang mengatasnamakan pembangunan.
Lalu kepada siapa pertanyaan-pertanyaan ini harus kulontarkan
Sedang pintu-pintu tertutup dan kursi hanya dihuni manusia bayangan
( sejanak termenung dan sedih )
Surat ini kutulis dengan tinta air mata, lalu kukemas dengan kepiluan, lalu kukirim dengan sepenggal doa.
( terdengar suara dari luar,………)

Pejabat               :Berbicara tentang matahari, berarti berbicara tentang kitab-kitab.
Sedang bumi tercipta untuk dirias dengan tangan-tangan teknologi.
Apa kau tau…..?
Diseberang sana mereka ciptakan rimba dengan beton.
Untuk sebuah peradaban modern.
Apa kau sadar…….! Bahwa kita terlahir untuk menikuti mereka, menuju idiologi kesejahtraan sempurna.
Inilah logika sedernananya.
Dan aku yakin, kau tak mampu memahami dengan logikamu.
Tengoklah masa lampau.
Tanpa pembangunan tak ada perkembangan.

Masyarakat        :Sudah berabad pembangunan dijadikan tameng
 Damun dapur kami  kadang tak berasap
Pejabat               :Itu karena otakmu beku, akibat kerap mandi dikubangan   bersama kerbau. Dan tubuhmu yang selalu saja lemas.

Masyarakat        :Inilah dampak pembangunan.
Ingatlah histori Lekopaccing, mereka bagai tikus yang mati di lumbung padi.

Pejabat               :Tak ada alasan untuk itu……. Karena kami berbuat untuk kesejahtraan.

Masyarakat        :Itu kesejahtraan untuk anda sendiri
Sedangkan kami hanya dihuni kemelaratan

Pejabat               :Tutup mulutmu….

Masyarakat        :Sudah terlalu lama kami menutup mulut.
Anda tak sadar bahwa anda terhipnotis oleh modernitas zaman.

Pejabat               :Apa yang kau pahami tentang modernitas

Masyarakat        :Inilah zaman kapitalis, dan kami adalah budak yang                                   rindu akan kemerdekaan.

Pejabat               :Kau ingin merdeka…..!
Inilah jembatan menuju neraka bagi kaum sepertimu
(ditikam) Semoga kau tenang disana.
( memegang luka tikaman mengerang dan terbata-bata dengan sisa nafasnya)

Masyarakat        :Terlalu murah darah kami Tuhan……
Meskipun tanah ini tak lagi asing kami cium….
Tidaklah menjadi sia-sia…..
Jika semua ini menjai kado peradaban…
Namun jika kematian adalah akhir segalanya…
Maka….Perjuangan ini belum apa-apa…...
( Selesai)

  Karya: Rasa Abadi  (RADINAL AIDIN BERSAMA MARDIANTO)


0 comments:

Posting Komentar