Menyambutmu dengan derai air mata
bukan karena berat menerima
tapi dosa dan keangkuhanku membatu
sedang menjelangmu mesti bening melebihi bunga-bunga salju
Menyambutmu, begitu cemas
batinku gelisah, menjerit,.....menangis,
remuk di sudut malam, sepi,...sunyi
tanpa bintang, gelap,.....hampa !
Di sini, tanpa daya sekalipun
tangisku pecah, membentur lorong-lorong kota
lalu gema mengembalikannya,
sungguh tiada arti apa-apa
Ramadhan
maafkan aku, menyambutmu dengan air mata.
Mardianto
Warkop Dg Te'na, 26 Juli 2011
0 comments:
Posting Komentar