Senin, November 14, 2011

Ramadhan

Menyambutmu dengan derai air mata
bukan karena berat menerima
tapi dosa dan keangkuhanku membatu
sedang menjelangmu mesti bening melebihi bunga-bunga salju

Menyambutmu, begitu cemas
batinku gelisah, menjerit,.....menangis,
remuk di sudut malam, sepi,...sunyi
tanpa bintang, gelap,.....hampa !

Di sini, tanpa daya sekalipun
tangisku pecah, membentur  lorong-lorong kota
lalu gema mengembalikannya,
sungguh tiada arti apa-apa

Ramadhan
maafkan aku,  menyambutmu dengan air mata.

                                                              Mardianto 
                                                              Warkop Dg Te'na, 26 Juli 2011

0 comments:

Posting Komentar