kemarau ini terasa panjang anakku
panasnya menjilati atap dan halaman rumah kita
angin semakin liar dan malam tak lagi sejuk
sungai kering kerontang
sawah menganga bagai mulut siluman mengerikan
dan padi menguning diusia muda
anakku
asap telah menggumpal dan bau kematian semakin dekat
sedang hujan kirimanmu belum juga sampai
Jika engkau pulang
dan rumah ini berhias jaring laba-laba
Ketahuilah, ibu menunggumu di alam lain
Bukankah hidup adalah penjara
menunggu kematian dan pengadilan Tuhan
Anakku,.....
Jangan meneriakkan kebenaran
jika mata Dewi keadilan masih terikat
Kesiasiaan itu kan menertawakanmu
sedang mereka bercengkrama di meja catur.
Anakku
Surat ini warisan ibu
Karena ayahmu tak menitip sebilah badik untukmu.
Mardianto
Cendrana, 21 April 2012
0 comments:
Posting Komentar