RSS Feed
Twitter
Istri Mandor :(masuk istri mandor, meletakkan segelas air putih di meja) Pak, saatnya minum obat, jangan dekat-dekat jendela banyak angin. Astaga, bagaimana kau bisa sampai di situ,...?
Sang mandor :Berapa kali dalam sehari semalam aku harus mendengar kata itu, jangan, jangan, jangan ini, jangan itu !
Istri Mandor :Di situ banyak angin pak.
Sang Mandor :Kayak anak balita, dituntun-tuntun.
Istri Mandor :Obatnya pak.
Sang Mandor :(Berteriak), ya,ya,ya
Istri Mandor :Obatnya saya bawa kesitu atau bapak yang saya bawa ke sini,..?
Sang Mandor :(Diam, matanya menyala, Batuk-batuk).
Inikah akhir riwayatku,...? (diam)
Istri Mandor :(Mendekati mandor, dan mencoba menuntunnya ke kursi).
Ayolah pak aku bantu.
Sang Mandor :(Meledak), Jauh kau perempuan, jangan dekat. Aku laki-laki, aku mandor, aku mampu bergerak sendiri
(ia mencoba melangkah kekursi dengan susah payah).
Laut amat luas aku jelajahi
(ia terjatuh,susah payah ia bangun).
Aku kenal kapal-kapal begitu banyak kapal.
(Ia keringatan dan batuk-batuk).
Aku akrab dengan pelabuhan-pelabuhan begitu banyak pelabuhan.
(Ia mengerang rematiknya ngamuk).
Aku bersahabat dengan banyak orang begitu banyak bangsa, laki-laki, perempuan,
(ia terjatuh kelantai, istrinya melompat untuk menolong).
Jangan dekat-dekat, jangan
(dengan sekuat tenaga ia bangkit, lalu memandang kekursi).
Telah kuarungi laut sampai Cape Town, kutaklukkan badai besar apapun, para jagoan mencium lututku,...lalu,....lalu hanya untuk mencapai kursi itu, aku harus kalah, ha,....? (ia roboh).
Istri Mandor :(bergegas akan menolong)
Semua tidak ada yang langgeng pak, tidak ada orang yang mampu hidup tanpa uluran tangan orang lain. Lebih-lebih disaat kita sakit,orang-orang, siapapun dia, masing-masing berangkat tua, sakit-sakit, kesepian,...
Sang Mandor :siapa bilang aku kesepian,...?
Istri Mandor :Tidak, engkau tadak kesepian, aku ada.
Sang Mandor :Aku tidak kesepian bukan karena kau ada perempuan, kau ada atau tidak ada aku memang tidak kesepian. Aku tahu mengurus diriku sendiri tanpa siapa- siapa.
Istri Mandor :(bangkit dan marah)
Ayo laki-laki, ayo jagoan, hiduplah sendiri, uruslah dirimu. Lihat kursi itu, letaknya hanya beberapa meter, capailah,tuan mandor besar.
Sang Mandor :Diam. Diam. Diam.
Istri Mandor :Aku takakan diam, sepanjang hidupku tidak pernah tidak kau koyak-koyak hatiku, sampai kini, kehadiranku disampingmu tidak pernah kau anggap. Bagimu, aku ternyata tak pernah ada,tak kau hitung bahwa aku juga manusia. Ayolah, ayo. merangkaklah, merangkaklah engkau seorang diri ke kursi itu. Rebut, rebut, rebut kursi itu dengan keangkuhanmu. begitu banyak pelabuhan, begitu banyak negeri, begitu banyak orang, begitu banyak perempuan, nah mana semua itu saat ini? mana..,mana tuan mandor..?
Juki :(mendengarkan kedua orang tuanya)
Saya tidak mengerti, sampai kapanbapak dan ibu bisa rukun, sampai kapan hari tua dibiarkan begini terus, kapan bisa menikmati ketenangan,rasa tentram,kebahagiaan,kedamaian,..?
Sang mandor :Sampai kapan kau anak kecil bisa berkhotbah di depan saya,..?
Juki :Kerukunan, keseiasekataan.
sang Mandor :Khotbah hentikan.
Juki :Kasih sayang, Harga menghargai, hormat menghormati.
Sang Mandor :Hentikan.
Juki :Tepo seliro.
Sang Mandor :Stop.
Juki :Cinta mencintai.
Sang Mandor :(batuk-batuk amat marah)
Berhentiiiiiiiiiiiiii! (terengah-engah lalu diam)
Istri Mandor :(mencoba menolong istrinya).
Dengan meledak-ledak begini pak nafasmu bisa habis (diam),
Apa yang dikatakan anakmu Juki memang benar. Kita hampir hampir tak punya waktu lagi untuk merasakan nikmat yang diberikan tuhan .Sadarlah, sadar.
Sang Mandor :Aku tahu, apa yang tersembunyi dibalik nasehat-nasehat Juki, saban ia datang berkhotbah di sini, pasti ada apa-apanya, pasti ada maksudnya.
Isrti Mandor :(menatap lembut anaknya).
Betulkah itu Juki...?
JUKI :(diam sejenak) Ya,iya bu.
Sang Mandor :Dan pasti, bagiku itu kabar buruk.
Istri Mandor :Apa itu Juki..?
Juki :Saya habis kawin lagi bu.
Istri Mandor :Haa..
Juki :Sempurnalah bu, aku sebagai laki-laki.
Sang Mandor :Artinya, ini istrimu yang keempat..?
Juki :Empat sempurna pak, saya sekedar mengilangi riwayat besar bapak.
Sang Mandor :Setan!
Juki :Satu perahu bapak terpaksa saya jual. Untuk ongkos kawin dan kontrak rumah.
(sang Mandor pingsan)
Isri Mandor :Tolong,tolong,tolong.
(masuk Poke,Uduk,Rimba.Mereka beramai-ramai berusaha membantu sang mandordari pingsannya. Tapi sebelum mereka sempat menyentuhnya, sang mandor bangun).
Poke :Ini saya pak, saya Poke, anak kedua saya.
Uduk :Dan saya Uduk, kami siap membantu bapak, anak ketiga saya.
Rimba :saya Rimba, orang kepercayaan bapak untuk mendampingi Uduk, kapan saja dan dimanasaja.
Juki :Bapak tadi pinsan.
Poke :Ramai-ramai kami mau menolong bapak tapi sudah keburu bangun.
Uduk :seandainya bapak masih pinsan, tentu kami sudah bergotong royong mengangkat bapak ke pembaringan.
Poke :Dan merasakan betapa hangatnya kasih sayang kami, anak-anak bapak inikepada orang tuanya.
Rimba :Dan sekalipun saya hanya orang kepercayaan saja, tak kurang kasih sayang saya kepada bapak. E,..e,..e,saya ini boleh dibilang sudah keluarga bapak jugalah begitu (diam sejenak).
sang Mandor :(batuk-batuk), betulkah tadi aya pinsan,..?
Semua :Betul pak, betul.
Sang Mandor :Lalu saya tiba-tiba terbangun lagi ketika kalian mau menolong,..?
Semua :Betul pak, betul.
Sang Mandor :Tahukah kalian, bertanda apakah itu,..?
Semua :(Saling memandang,bengong). tidak tahu pak,tidak tahu.
Sang Mandor :Itu bertanda bahwa, dalam pinsanpun aku berusaha mandiri.
Poke :Tapi, maaf pak, mengapa bapak duduk di lantai..?
Uduk :Ya, mengapa tidak di kursi..?
Rimba :Atau di pembaringan.
Juki :Ayo kita ramai-ramai menolong bapak pindah ke kursi.
Sang Mandor :(Berteriak). Jangan.
(Semua bingung tak dapat mengerti.mandor menatap semuanya)
Uduk, bagaimana rencanamu itu, jadi kau berlayar, menjadi kelasi dan terus berjuang sampai bisa menjadi mandor,..?
Uduk :(serius) ya, seperti bapak. sayalah yang bersedia menggantikan bapak. Mengukir riwayat besar di lautan seperti bapak.
Rimba :Dan sebagai orang kepercayaan bapak, saya akan ikut Uduk mempertarukan nasib sehidup semati.
Uduk :Inilah laki-laki tubarani, titisan darah penakluk laut, yang tak pernah gentar sampai sekarang. Jika layar terkembang, lebih baik mati di dasar laut dari pada berbalik ke pantai.
Rimba :Dan sebagai orang kepercayaan bapak, yang ditugasi sebagai "pa'lapa barambang"bagi keselamatan Uduk (mendekati sang Mandor). Saya,..saya selalu memompakan ke dalam jiwa anak ini jurus, pukul dulu baru berfikir.Eja tompiseng na doang.
Uduk :(Gerak-gerik manggaru). Dan atas nama jurus "eja tompiseng na doang" dan atas nama prinsip "pukul dulu baru berfikir". Aku, aku Uduk putra kedua tubarani sang penakluk, yang namanya melebihi luas dan besarnya seluruh lautan, dengan ini berjanji akan melestarikan kebesaran ayahanda.
Rimba :Dan sebagai orang kepercayaan bapak sebagai,....(terputus)
sang Mandor :(berteriak). Berhentiiiiiii
(semua diam) Kata-kata, selaut kata-kata.Kepelaku bengkak, perutku buncit, tubuhku rasanya akan meledak oleh kata-kata kalian. Mulai anak pertama, Juki, banyak kata-katanya, tapi buntutnya itu,aku pinsan dibuatnya.
Uduk dan Rimba :(bersama-sama). keterlaluan Juki, dialah penyebab pinsannya bapak.
Juki :Jangan campur, itu urusan kami berdua.
Uduk :Saya juga anaknya, saya wajib membela ayah saya, saya tidak mau beliau cedera apalagi pinsan.
Poke :Jadi kau Juki yang jadi sebab ayah tadi pinsan. Sampai hati kau, ha. Kita ya,ya, terutama aku yang selalu berusaha keras menjaga bapak, tahu-tahu kecolongan oleh orang dalm rumah sendiri, tega nian, sampai hat (melayangkan tinju ke muka Juki)
Istri Mandor :sadar, sadar, anak-anakku, sadar.
Poke :Kubunuh kau Juki, kubunuh kau.
(Serangan poke ditangkis oleh Juki, saat itulah Uduk melompat diantara keduanya dengan sikap tempur).
Istri Mandor :Sudah, sudah. Ya tuhan, anak-anakku.
Uduk :Ini tugas saya Poke. Sayalah yang lebih pantas membela bapak, membalas sakit hati beliau karena dibikin pinsan oleh Juki. (Poke dan Uduk berlomba menghajar Juki,saling pukul. Bertiga mereka saling hantam dan berguling-guling di lantai. Istri Mandor panik, sedih, menangis menjerit-jerit).
sang Mandor :(Dengan sekuat tenaga berteriak).
Berhenti, Berhentiiiiiiii.
(Ia dengan mata menyala menatap Rimba yang hanya bisa melongo dan pucat).
Rimba, mengapa kau diam seperti tiang kapal di situ, buktikan, buktikan,bahwa kau tidak cuma jago berkata-kata.Buktikan, buktikan, pisahkan,pisahkan mereka.
Rimba :(Pucat, tersipu-sipu)
Maaf, Daengku. Ini tidak termasuk jurus persilatan saya.
sang Mandor :(suara merendah)
Setan kau.
(Dengan sekuat tenaga ia berteriak)
Berhentiiiiiiiiiiiiiiii...
(mendengar teriakan sang mandor, mereka terdiam, terpaku dan heran.
Mereka takjub memandang sang Mandor berdiri tegak di atas lantai. Seakan teriakannya yang luar biasa membuat lari pontang-panting penyakit lumpuhnya).
Istri Mandor :(Terharu dan tak dapat menahan dirinya karena gembira)
Daeng,....Daengku.Engkau mampu mengatasi lumpuhmu. Aku,...Aku merasa diriku berada dipelabuhan, di tepi dermaga melambai sapu tangan ketika kapalmu bertolak, dan aku memandang tubuhmu tegak perkasa tersenyum padaku.(Mendekati sang mandor) aku ingin sekali menyentuhmu daengku.
Sang Mandor :Jangan mendekat,....Sudah kukatakan, dalam pinsan pun aku berusaha mandiri. Apalagi kini rasanya aku segar kembali. nah Uduk, Katakan apa rencanamu. Langsung tanpa bunga-bunga kata. Tanpa sikap dibuat-buat, tanpa pengakuan-pengakuan besar. Bahkan tak perlu pergumulan itu. Ayo Uduk.
Uduk :Berkat ajaran bapak, saya akan segera melaksanakan rencanaku menjadi mandor pelaut. Tentunya mulai dari bawah sebagai kelasi.
Sang Mandor :Bagus.
Uduk :Maka dari dua perahu bapak, satu telah saya jual untuk bekal.
Sang Mandor :Cukup. Mestinya, inilah pinsanku yang kedua, terbang lagi satu perahu (Nampak menahan goncangan dirinya, tapi bertahan dan masih berdiri tegak). Juki, Uduk, perkelahian kalian untuk membela bapak, ternyata buntutnya memukul saya juga.Aku cuma punya dua perahu, dua-duanya melayang.
Poke :Tapi pak, jangan terlalu sedih, sebab saya telah memberi satu perahu untuk pak.
Sang Mandor :(memandang takjub kepada Poke).
Ternyata putra keduaku satu-satunya bibit yang baik.
(menatap poke agak lama, lalu tiba-tiba keningnya berkerut).
Tapi bagai mana caranya kau bisa membeli perahu poke,..?
Poke :Ya, sebagai orang dagang, saya ini harus pintar-pintar bahkan lihai dalam memindah-mindahkan barang supaya untung.
Sang Mandor :Artinya,..?
Poke :Saya harus ada modal untuk membeli barang dagangan. Maka sawah, empang milik bapak saya jual.
Sang Mandor :Cukup....
(Ia berusaha menahan dirinya)
Mestinya inilah pinsanku yang kedua tambah setengah. sawah, empang..Terus.
Poke :Ya begitulah pak, saya ini pedagang.
Sang Mandor :Ya,...ya,...aku tahu lalu..?
Poke :Ya, begitulah pedagang pak, ada saat untung, ada saat rugi.
Sang Mandor :(Dahinya berkerut).
Lalu,......?
Poke :Bapak tidak baca di korang, tentang badai besar yang menenggelamkan perahu pinisi yang perkasa di masalembo,...?
Sang Mandor :Maksudmu,....?
Poke :Perahu itu dan seluruh dangangan itulah yang diberitakan di koran-koran.
Sang Mandor :(sang mandor melompat di lantai, teriakannya berlipat-lipat kali kerasnya dari teriakannya yang tadi).Habis, habis, habiiiiiiiiiii (Suasana hening, semua yang berada di hadapan sang Mandor jongkok ketakutan)Juki, Poke, Uduk, Rimba, kalian p[ergilah, cari dan temukan jalan kalian masing-masing(Mereka bergerak pelan, merangkak dan tunduk menuju pintu).Kalian, tunggu. (Diam sebentar) Ah, sudahlah, Kalian aku ampuni.(Merenung) Ya,...ya, salah aku juga. Aku adalah ayah yang kelewatan bangganya kepada riwayat beserku. tanpa pernah melihat kedepan, tanpa pernah berupaya buat memahami jiwa anak-anakku sendiri......(Diam sejenak). Pergilah, aku kini tak punya apa-apa lagi, kecuali satu kalimat " Jangan pernah lagi menadahkan tangan kecuali kepada Tuhan". (Juki, Poke, Uduk, Rimba, beringsut sambil terus menunduk dan menghilang di balik pintu. Lalu sang Mandor menatap lembut istrinya yang terus menunduk di lantai). Mulli, bangunlah engkau, dan lihat aku telah di sini.
Istri Mandor :(Mengangkat kepala dan terharu memandang suaminya yang berhasil menduduki kursinya).Daeng Gassing, suamiku engkau telah berhasil merebut kursimu dan mendudukinya. Engkau berhasil, Ya Tuhan. Engkau telah merebut kembali lautmu, pelabuhan-pelabuhanmu, kapal-kapal dan pengembaraanmu.
Sang Mandor :Ya, dalam diri engkau, dalam jiwa anak-anakku.
(Memandang keatas lalu berkata)
Tuhan,............Terima kasih.
SELESAI
0 comments:
Posting Komentar